Oleh: Nanang Masaudi
Kejayaan
Islam adalah harapan yang dicita-citakan oleh seluruh ummat Islam di
sepanjang zaman. Allah SWT telah memuliakan agama ini dengan pengajaran
akhlak yang begitu mulia. Tidak satu agamapun yang memiliki ketinggian
nilai-nilai akhlaq seperti yang dimiliki oleh agama Islam. Sumber
ketinggian agama ini pun senantiasa selalu dikokohkan oleh kekuatan
akhlaq para penganutnya. Itulah yang telah ditunjukkan oleh Nabi dan
para sahabatnya. Salah satu bentuk keteladanan yang begitu menonjol
ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yaitu
keikhlasan berkorban (tadhhiyah). Inilah bentuk karakter muslim yang
dapat menumbuhkan kekuatan maupun kehormatan (izzah) bagi agama Islam
dan kaum muslimin itu sendiri. Keikhlasan berkorban bagi kepentingan
agama Allah menjadi faktor penentu bagi keberhasilan misi dakwah yang
menjadi tugas para aktivis dakwah. Tanpa pengorbanan maka kejayaan
Islam hanya akan menjadi angan-angan semata. Pengorbanan adalah
prasyarat mujahadah atau kesungguhan dalam mengemban setiap amanah demi
terwujudanya cita-cita besar bagi hadirnya Kedigdayaan Islam sebagai
rahmat bagi seluruh alam.
Sejarah
keemasan Islam tidak diraih hanya dalam waktu sekejap dan tidak pula
dengan kerja-kerja seadanya yang tidak terprogram, serta tidak memiliki
tujuan. Kerja keras yang dihiasi dengan berbagai pengorbanan perlahan
namun pasti memberikan buah manis yang tidak hanya dinikmati oleh
gernerasi di satu zaman namun terasa pula hingga ke sudut-sudut zaman
berikutnya. Episode perjuangan para mujahid Islam itu telah menambah
khazanah sejarah kebangkitan Islam di masa silam. Pengorbanan Siti
Khadijah yang telah mempersembahkan seluruh aset bisnisnya bagi proyek
dakwah Rasulullah SAW di Mekah, Pengorbanan Sahabat Abu Bakar Siddiq
yang tidak menyisakan harta sepeserpun bagi dirinya demi agama Allah,
Pengorbanan sahabat Utsman bin Affan dengan 7 kafilah dagangnya bagi
angkatan perang Islam, pengorbanan Sahabat Mush’ab bin Umair yang telah
menyumbangkan hampir seluruh masa remajanya bagi dakwah Islam dan
sekian banyak pengorbanan para sahabat lainnya menunjukkan sebuah
potret perjuangan membela agama Allah yang penuh kesungguhan dan
keikhlasan.
Sepatutnyalah
bagi para aktivis dakwah menjadikan potret sejarah pengorbanan
Rasulullah dan para sahabat sebagai referensi keteladanan dan inspirasi
historis yang patut dibanggakan. Kita bangga
bahwa Islam memiliki sejarah yang begitu unggul dalam rentang sejarah
peradaban umat manusia. Narasi perjuangan yang penuh dengan kisah-kisah
pengorbanan yang memilukan tersebut telah sukses menorehkan sebuah
catatan penting bahwa Islamlah yang layak menjadi solusi bagi setiap
persoalan umat manusia sampai kapanpun. Kitapun
patut berbangga bahwa Islamlah satu-satunya agama yang telah
mengajarkan betapa pengorbanan memiliki nilai yang begitu tinggi di
mata Allah dan membawa kemuliaan dihadapan manusia.
Setiap
zaman memiliki tantangan dakwahnya masing-masing. Namun secara
substantif memiliki kesamaan sifat dan karakteristiknya. Bentuk
tantangan dakwah di masa silam nampak begitu nyata menekan bahkan
menindas aktivitas dakwah dan para aktivisnya. Dimasa kini
bentuk-bentuk serangan terhadap syiar Islam cenderung lebih samar,
menggerogoti dari dalam, perlahan namun hasilnya begitu fatal hingga
melemahkan kekuatan Islam dalam segala aspeknya. Ironisnya tantangan
ini terkadang tidak disadari oleh para aktivis dakwah hingga sampai
melemahkan semangat dan gerakan mereka. Kompleksitas persoalan dakwah
ditambah lagi dengan bentuk-bentuk tantangan dakwah yang semakin
beragam cenderung melahirkan para aktivis yang manja dan melankolis
(cengeng). Tidak jarang kita temukan para aktivis dakwah yang terlalu
cepat mengeluh, suka beralasan, masa bodoh, mengharapkan pengakuan atas
kerja-kerja dakwahnya, menghitung-hitung pengeluaran, dan tidak sedikit
pula yang suka mengumbar-ngumbar cerita tentang kisah heroiknya
khususnya di wilayah-wilyah dakwah siyasi, bahkan ada yang enggan
berkorban sama sekali. Risih juga ketika menemukan aktivis yang
modelnya seperti ini jika kita merenungkan apa yang telah dikorbankan
oleh Rasulullah SAW dan para sahabat dulu. Tidakkah kita malu kepada
Allah jika hanya mempersembahkan pengorbanan yang belum seberapa? Kita
pun tentu akan malu kepada Rasulullah SAW yang telah ditimpuk kepala
beliau dengan batu, yang telah ditaburkan pasir ke rambut kepala
beliau, yang dilempari kotoran dan isi perut binatang ketika beliau
sedang sholat, yang patah giginya ketika berjuang di medan Uhud dan
berbagai penderitaan beliau yang sungguh tak cukup bila hanya diuraikan
dalam satu artikel saja. Sepatutnya pula kita malu untuk mengeluh dan
mengumbar-ngumbar jasa kita dalam dakwah andai saja dihadapan kita ada
sosok Mush’ab bin Umair dengan dua tangannya yang sudah putus, ada
Hamzah bin Abdul Muthollib yang terburai jantungnya, dan para sahabat
lainnya yang tidak pernah mengeluh sedikitpun memperjuangkan agama
Allah SWT sampai akhir hayat mereka.
Perjuangan
dan pengorbanan yang telah dipersembahkan oleh para syuhada dakwah di
masa silam benar-benar dilandasi oleh kesungguhan dan niat ikhlas
semata-mata berharap ridho Allah SWT. Pengorbanan mereka pun tidak
salah arah, yakni pengorbanan bukan untuk memperoleh keuntungan
duniawi seperti pujian atau materi berupa harta rampasan perang.
Bilapun ada ada keuntungan duniawi yang mereka peroleh dari pengorbanan
mereka maka itu hanyalah dampak sampingan dari tujuan mereka
sebenarnya. Ketaatan menjadi laku hidup mereka, keberanian menjadi
karakter khas mereka. Akhlaq mulia yang menghiasi pribadi mereka
menjadi kekuatan penting dalam membangun peradaaban Islam. Sedangkan
prinsip dan karakter islami yang mereka genggam menjadi kekuatan utama
dalam rangka mengawal tetap utuhnya peradaban Islam yang senantiasa
menebarkan cahaya dan rahmatnya bagi seluruh alam.
Dengan
senantiasa merenungkan berbagai pengorbanan Rasulullah SAW dan para
sahabat di pentas dakwah selayaknya dapat memicu spirit pengorbanan
para aktivis dakwah di masa kini. Medan juang dakwah saat ini sangat
membutuhkan para aktivis yang tidak hanya sekedar larut dalam
ritual-ritual dakwah yang bersifat seremonial, tapi sanggup memberikan
kontribusi yang nyata dan pengorbanan yang besar bagi agama Allah.
Pengorbanan yang kita kontribusikan bagi dakwah ini idealnya bukan aset
yang berkalitas rendah. Sisa tenaga, sisa belanja, sisa waktu yang
selama ini cenderung menjadi langganan bagi aktivitas dakwah kita harus
di-upgrade lagi hingga menjadi tenaga utama, harta utama, dan waktu
utama bagi dakwah. Dengan segala keutamaan yang kita berikan bagi
dakwah ini maka kejayaan Islam yang menjadi proyek besar dakwah agama
ini akan menemui banyak kemudahan dari Allah SWT. Wallaahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar