Kamis, 02 Februari 2012

AKTIVIS DAKWAH MELANKOLIS

Oleh: Nanang Masaudi

Kejayaan Islam adalah harapan yang dicita-citakan oleh seluruh ummat Islam di sepanjang zaman. Allah SWT telah memuliakan agama ini dengan pengajaran akhlak yang begitu mulia. Tidak satu agamapun yang memiliki ketinggian nilai-nilai akhlaq seperti yang dimiliki oleh agama Islam. Sumber ketinggian agama ini pun senantiasa selalu dikokohkan oleh kekuatan akhlaq para penganutnya. Itulah yang telah ditunjukkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Salah satu bentuk keteladanan yang begitu menonjol ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yaitu keikhlasan berkorban (tadhhiyah). Inilah bentuk karakter muslim yang dapat menumbuhkan kekuatan maupun kehormatan (izzah) bagi agama Islam dan kaum muslimin itu sendiri. Keikhlasan berkorban bagi kepentingan agama Allah menjadi faktor penentu bagi keberhasilan misi dakwah yang menjadi tugas para aktivis dakwah. Tanpa pengorbanan maka kejayaan Islam hanya akan menjadi angan-angan semata. Pengorbanan adalah prasyarat mujahadah atau kesungguhan dalam mengemban setiap amanah demi terwujudanya cita-cita besar bagi hadirnya Kedigdayaan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Sejarah keemasan Islam tidak diraih hanya dalam waktu sekejap dan tidak pula dengan kerja-kerja seadanya yang tidak terprogram, serta tidak memiliki tujuan. Kerja keras yang dihiasi dengan berbagai pengorbanan perlahan namun pasti memberikan buah manis yang tidak hanya dinikmati oleh gernerasi di satu zaman namun terasa pula hingga ke sudut-sudut zaman berikutnya. Episode perjuangan para mujahid Islam itu telah menambah khazanah sejarah kebangkitan Islam di masa silam. Pengorbanan Siti Khadijah yang telah mempersembahkan seluruh aset bisnisnya bagi proyek dakwah Rasulullah SAW di Mekah, Pengorbanan Sahabat Abu Bakar Siddiq yang tidak menyisakan harta sepeserpun bagi dirinya demi agama Allah, Pengorbanan sahabat Utsman bin Affan dengan 7 kafilah dagangnya bagi angkatan perang Islam, pengorbanan Sahabat Mush’ab bin Umair yang telah menyumbangkan hampir seluruh masa remajanya bagi dakwah Islam dan sekian banyak pengorbanan para sahabat lainnya menunjukkan sebuah potret perjuangan membela agama Allah yang penuh kesungguhan dan keikhlasan.
Sepatutnyalah bagi para aktivis dakwah menjadikan potret sejarah pengorbanan Rasulullah dan para sahabat sebagai referensi keteladanan dan inspirasi historis yang patut dibanggakan.  Kita bangga bahwa Islam memiliki sejarah yang begitu unggul dalam rentang sejarah peradaban umat manusia. Narasi perjuangan yang penuh dengan kisah-kisah pengorbanan yang memilukan tersebut telah sukses menorehkan sebuah catatan penting bahwa Islamlah yang layak menjadi solusi bagi setiap persoalan umat manusia sampai kapanpun.  Kitapun patut berbangga bahwa Islamlah satu-satunya agama yang telah mengajarkan betapa pengorbanan memiliki nilai yang begitu tinggi di mata Allah dan membawa kemuliaan dihadapan manusia.
Setiap zaman memiliki tantangan dakwahnya masing-masing. Namun secara substantif memiliki kesamaan sifat dan karakteristiknya. Bentuk tantangan dakwah di masa silam nampak begitu nyata menekan bahkan menindas aktivitas dakwah dan para aktivisnya. Dimasa kini bentuk-bentuk serangan terhadap syiar Islam cenderung lebih samar, menggerogoti dari dalam, perlahan namun hasilnya begitu fatal hingga melemahkan kekuatan Islam dalam segala aspeknya. Ironisnya tantangan ini terkadang tidak disadari oleh para aktivis dakwah hingga sampai melemahkan semangat dan gerakan mereka. Kompleksitas persoalan dakwah ditambah lagi dengan bentuk-bentuk tantangan dakwah yang semakin beragam cenderung melahirkan para aktivis yang manja dan melankolis (cengeng). Tidak jarang kita temukan para aktivis dakwah yang terlalu cepat mengeluh, suka beralasan, masa bodoh, mengharapkan pengakuan atas kerja-kerja dakwahnya, menghitung-hitung pengeluaran, dan tidak sedikit pula yang suka mengumbar-ngumbar cerita tentang kisah heroiknya khususnya di wilayah-wilyah dakwah siyasi, bahkan ada yang enggan berkorban sama sekali. Risih juga ketika menemukan aktivis yang modelnya seperti ini jika kita merenungkan apa yang telah dikorbankan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat dulu. Tidakkah kita malu kepada Allah jika hanya mempersembahkan pengorbanan yang belum seberapa? Kita pun tentu akan malu kepada Rasulullah SAW yang telah ditimpuk kepala beliau dengan batu, yang telah ditaburkan pasir ke rambut kepala beliau, yang dilempari kotoran dan isi perut binatang ketika beliau sedang sholat, yang patah giginya ketika berjuang di medan Uhud dan berbagai penderitaan beliau yang sungguh tak cukup bila hanya diuraikan dalam satu artikel saja. Sepatutnya pula kita malu untuk mengeluh dan mengumbar-ngumbar jasa kita dalam dakwah andai saja dihadapan kita ada sosok Mush’ab bin Umair dengan dua tangannya yang sudah putus, ada Hamzah bin Abdul Muthollib yang terburai jantungnya, dan para sahabat lainnya yang tidak pernah mengeluh sedikitpun memperjuangkan agama Allah SWT sampai akhir hayat mereka.
Perjuangan dan pengorbanan yang telah dipersembahkan oleh para syuhada dakwah di masa silam benar-benar dilandasi oleh kesungguhan dan niat ikhlas semata-mata berharap ridho Allah SWT. Pengorbanan mereka pun tidak salah arah, yakni pengorbanan bukan untuk  memperoleh keuntungan duniawi seperti pujian atau materi berupa harta rampasan perang. Bilapun ada ada keuntungan duniawi yang mereka peroleh dari pengorbanan mereka maka itu hanyalah dampak sampingan dari tujuan mereka sebenarnya. Ketaatan menjadi laku hidup mereka, keberanian menjadi karakter khas mereka. Akhlaq mulia yang menghiasi pribadi mereka menjadi kekuatan penting dalam membangun peradaaban Islam. Sedangkan prinsip dan karakter  islami yang mereka genggam menjadi kekuatan utama dalam rangka mengawal tetap utuhnya peradaban Islam yang senantiasa menebarkan cahaya dan rahmatnya bagi seluruh alam.
Dengan senantiasa merenungkan berbagai pengorbanan Rasulullah SAW dan para sahabat di pentas dakwah selayaknya dapat memicu spirit pengorbanan para aktivis dakwah di masa kini. Medan juang dakwah saat ini sangat membutuhkan para aktivis yang tidak hanya sekedar larut dalam ritual-ritual dakwah yang bersifat seremonial, tapi sanggup memberikan kontribusi yang nyata dan pengorbanan yang besar bagi agama Allah. Pengorbanan yang kita kontribusikan bagi dakwah ini idealnya bukan aset yang berkalitas rendah. Sisa tenaga, sisa belanja, sisa waktu yang selama ini cenderung menjadi langganan bagi aktivitas dakwah kita harus di-upgrade lagi hingga menjadi tenaga utama, harta utama, dan waktu utama bagi dakwah. Dengan segala keutamaan yang kita berikan bagi dakwah ini maka kejayaan Islam yang menjadi proyek besar dakwah agama ini akan menemui banyak kemudahan dari Allah SWT.  Wallaahu  a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar