Senin, 20 Februari 2012

Zikir Bukan Sebatas Bibir

Suatu waktu, Khalifah Umar bin Khattab kedatangan tamu dari negeri Himsy, salah satu wilayah kekuasaan Islam. Khalifah Umar dengan ramah tamah menghormati tamu-tamunya. Selang beberapa saat, Khalifah Umar mengadakan temu wicara dengan mereka. Ia banyak bertanya tentang kondisi rakyatnya di sana, baik pendidikan, kesehatan maupun kesejahteraannya.

Seusai dialog, Khalifah Umar bin Khattab menyuruh para tamunya itu untuk mencatat dan melaporkan rakyatnya yang kurang mampu. Ketika membaca laporan tersebut, Khalifah Umar tiba-tiba terlihat kaget saat melihat nama Sa'id bin 'Amir tercantum dalam daftar orang miskin.

Dengan keadaan penasaran Khalifah Umar memanggil mereka dan bertanya. ''Wahai tamu-tamuku, siapakah gerangan Sa'id ibn 'Amir yang kalian maksud?''

Mereka menjawab, ''Beliau adalah gubernur kami dan salah seorang utusan Amirul Mukminin yang telah diamanahi tugas untuk memimpin kami.''

Pada saat itu, Khalifah Umar langsung menangis. Ia tak kuat menahan haru atas kejujuran serta keamanahan utusannya. Khalifah Umar pun segera memberikan hadiah khusus buat sang gubernurnya.

Sesampainya hadiah tersebut kepada Sa'id bin 'Amir, ia justru bukan merasakan kebahagiaan dengan mendapatkan bingkisan dari atasannya. Yang terjadi malah sebaliknya. Ia sangat khawatir dengan ujian kenikmatan mendapatkan materi.

Dengan bersegera, Sa'id pun membagikan kembali hadiah tersebut kepada rakyatnya yang betul-betul membutuhkannya. Ia bahkan tidak mengambil sepeser pun buat kepentingan pribadi dan keluarganya.

Sungguh dalam kisah ini terkandung banyak hikmah yang bisa kita petik. Seorang pemimpin besar yang mempunyai kekuasaan luas, walau ia belum sempat mengunjungi semuanya, tapi ia sangat telaten untuk mengetahui keadaan rakyatnya. Kebutuhan rakyatnya selalu ia perhatikan serta segera dipenuhi. Bukan malah sebaliknya, kebutuhan rakyat yang sangat mendasar dihilangkan atau kurang dipenuhi, sehingga menelantarkan dan menyusahkan mereka.

Begitu pula pejabat yang diamanahi tugas, betul-betul melaksanakan amanahnya. Para pembantunya tidak serta-merta karena mempunyai wewenang, lantas manfaatkan kedudukannya dengan mengeksploitasi segala hal untuk memenuhi keinginannya. Penunjukan pejabat bukan karena hasil kolusi dan nepotisme atau uang pelicin. Tapi, lebih berdasarkan pada profesionalisme. Dengan cara seperti itulah insya Allah semua tugas akan mampu dilaksanakan dengan baik. Sungguh, alangkah rindunya kita kepada tipe pemimpin dan pejabat seperti mereka. Wallahu a'lam.


Oleh : Buldan Tsanie 

Merapatkan Barisan

Pada suatu hari para sahabat berkumpul membicarakan perbuatan yang paling bernilai di mata Allah. Salah seorang dari mereka lantas menanyakan hal ini kepada Nabi.

Lalu, diturunkan kepada Nabi SAW, Alquran surat Al-Shaff, surat ke-61, yang di dalamnya terkandung perintah agar kaum Muslim berjihad dan menyusun barisan. Firman Allah, ''Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.'' (Al-Shaff: 4).

Dalam ayat lain diterangkan pula bahwa para malaikat selalu dalam keadaan berbaris-baris dan selalu siap siaga dalam melaksanakan perintah-perintah Allah (Al-Shaffat: 165). Mereka memiliki disiplin tinggi dan tidak pernah lalai dalam menjalankan tugas (Al-Tahrim: 6).

Rasulullah SAW pernah menyuruh kaum Muslim agar membangun barisan seperti barisan para malaikat. Ditanyakan kepada beliau tentang barisan para malaikat itu. Jawab Nabi, ''Rapat dan kuat.'' (HR Muslim).

Penjelasan lebih lanjut tentang barisan yang rapat dan kuat itu dapat dibaca dalam permulaan surat Al-Shaffat. Perhatikan firman Allah ini, ''Demi (rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya. Demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya perbuatan dosa. Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran.'' (Al-Shaffat: 1-3).

Barisan para malaikat, seperti dikatakan Nabi, sungguh rapat dan kuat. Kekuatan barisan mereka, berdasarkan ayat di atas, disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, kekompakan yang membuat mereka menjadi sangat solid. Kedua, orientasi ketuhanan (tauhid) yang membuat mereka hanya mau tunduk dan patuh kepada Allah SWT semata. Ketiga, komitmen kepada kebenaran yang membuat mereka selalu menyeru dan berpihak kepada kebaikan dan kemaslahatan umat.

Faktor lain yang menyebabkan kekuatan barisan mereka adalah disiplin. Agaknya sukar dibayangkan ada kesatuan atau barisan tanpa ada disiplin. Perkataan shaff atau barisan itu sendiri, menurut pakar tafsir Syekh Mushthafa al-Maragi, memang mengandung makna disiplin. Disiplin adalah sikap konsisten (istiqamah) dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Dikatakan, disiplin merupakan salah satu kunci kemajuan dan kesuksesan.

Itu sebabnya, Nabi pernah mengingatkan kaum Muslim agar disiplin. Katanya, ''Sebaik-baik amal (ibadah) adalah amal yang dilakukan dengan disiplin tinggi (istiqamah) meskipun amal itu kecil.'' (HR Muslim).

Kaum Muslim, seperti dianjurkan oleh Nabi, perlu belajar dari kesatuan dan barisan para malaikat. Berangkat dari sini, barangkali sudah tiba waktunya bagi kaum Muslim untuk bersatu, membangun dan merapatkan barisan. Perintah Allah dan Rasul agar kaum Muslim meluruskan dan merapatkan barisan dalam shalat, agaknya harus pula diwujudkan dan ditunjukkan dalam kehidupan nyata.

Tanpa barisan yang kuat dan disiplin yang tinggi, kaum Muslim tidak akan pernah menjadi subjek (fa'il), tetapi selamanya hanya akan menjadi objek penderita (maf'ul) seperti yang selama ini terjadi, yang tanpa daya bisa diatur dan dimainkan oleh kekuatan-kekuatan lain di luar diri mereka. Karena itu, rapatkan barisan, galang persatuan, dan raih kemenangan. Wallahu a'lam!. 



Oleh : A Ilyas Ismail

Kamis, 02 Februari 2012

Pesan Untuk Akhwat

Wahai akhwat…
Jagalah izzahmu. Jangan kau hujam pandangan ikhwan dengan auratmu yang terbuka. Pakaian yang keluar dari syari’at Islam. Jangan kau gugurkan tawadhu’ mereka dengan candaan-candaan berlebihan yang merendahkan derajat.

Wahai akhwat…
Aurat yang tak terjaga menjadi senjata syetan untuk memerangi manusia, memberikan kayu bakar sehingga api terus berkobar dan menghanguskan keimananmu. Tegakah kamu melihat mereka yang senantiasa menjaga pandangannya, mereka yang senantiasa menjaga izzah dirinya, menjaga rasa tawadhu’nya dengan menundukkan pandangannya, dinistai oleh tubuh tak terhijab.

“Katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; dan janganlah menampakkan perhoasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)…” (QS. An-Nur :31)

Lisan pun kadang tak terpelihara dari perkataan-peerkataan yang tak sepantasnya keluar dari mulut seorang aktivis dakwah. Nada-nada manjamu yang menusuk hati mereka. Luapan perasaan yang diungkapkan tak dibarengi kesanggupan menanggung konsekwensinya, candaan-candaan yang menurutnya ringan tetapi menjatuhkan  tawadhu’ sang ikhwan, semua perkataan yang dianggap biasa tetapi menjatuhkan ketawadhu’kan ikhwan. Relakah kamu melihat saudaramu jatuh bahkan futur dari berdakwah karena ucapanmu?

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Muttafaq alaih)

Wahai akhwat…
Mereka adalah saudaramu, bantulah mereka menjaga pandangannya, bantulah mereka menjauhi canda-tawa denganmu, bantulah mereka menegakkan iman mereka hingga halal bagi kita.

Note: Menanggapi artikel “pesan untuk ikhwan” by Amara
*Nainy*

Buah Dari Tarbiyah

Tahukah kau wahai adikku, sahabatku,
Bagaimana tarbiyah mengajarkan kita tentang nikmatnya arti jalan ini
Hingga duri pun tak lagi terasa seperti tusukan duri
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Membuat kita mampu tetap melangkah kedepan untuk umat ini
Hingga cinta kita pada umat ini lebih besar ketimbang cinta kita untuk diri kita sendiri
 Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Membuat kita tak pernah lelah hingga lelah itu lelah mengejar kita
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Membuat kita terjaga dari futur hingga futur itu menyerah tuk menyergap ruhiyah kita
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Mengajarkan kita bagaimana menggandeng tangan saudara-saudara kita tuk bersama menegakkan mulianya islam ini
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Mengajari kita tuk senantiasa sujud di sepertiga malam terakhir
HANYA UNTUK MENGOBATI RINDU BERMUNAJAH KEPADA-NYA
Ya Illahi robb.. betapa rindu_Nya kami akan rindu_Mu
Ingatlah bahwa akhir zaman akan dimenangkan oleh agama mulia ini
“Wahai orang-orang yang beriman, Jika kamu menolong agama Allah, maka Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Muhammad:7)
“….Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah?...”(At-Taubah:111)

 
*Nainy*

Renungan Untuk Akivis Dakwah

Bismillahirrohmanirrohim…
Ya Rahman,,,
Beginilah hamba_Mu yang senantiasa berselimut dosa
Begitu tajamnya kerikil di jalan ini
Namun sedikit orang menyadarinya, Kurasa
Ketika niat mulai bulat berikan jiwa raga untuk Islam_Mu,
Ternyata ku terlalai dari menjaga pondasi ini
Ku terlalu sibuk mendesain pondasi orang-orang
Tanpa kusadari,,, DIRIKU lah yang mulai merapuh
Mulai jauh dari bersujud pada_Mu
Innalillah…
Bukankah seharusnya pondasi ini harus kuat terlebih dahulu sebelum ku membangun pondasi orang lain???
Ya Illahi Robb,,,
Tegurlah hamba ketika Langkah ini mulai menjauh dari jalan_Mu
Sesungguhnya Hidupku adalah untuk senantiasa bersujud pada_Mu
Apalah arti hidup ketika Ridho_Mu tak mampu ku genggam…


*Nainy*

Catatan Akhir Tahun untuk Sahabat

Wahai Sahabat..
Bila sahabatmu sakit, maka luangkanlah waktu untuk menjaganya
Bila sahabatmu meneteskan air mata, maka usaplah air matanya dengan mendengarkan ceritanya
Bila sahabatmu tak senyum padamu ketika kau tersenyum padanya, maka katakanlah pada dirimu “oh, mungkin sahabatku ini lagi ada masalah”
Bila sahabatmu tak menghadiri acaramu, maka katakanlah pada dirimu “mungkin sahabatku ini punya amanah yang lebih penting”
Ketika ucapan sahabatmu memukul hatimu, maka katakanlah pada dirimu “ah, ini hanyalah penyakit hatiku”
Bila sahabatmu beberapa hari tak mengirimu sms, maka ketiklah sebuah pesan rindu untuknya
Belajarlah untuk menanamkan keikhlasan dalam ukhuwah
Belajarlah untuk marah HANYA KARENA ALLAH SWT


*Nainy*

KATA-KATA CINTA

Jangan menyalahkan cinta atas penderitaanmu dalam mengejar cinta. Jikalau memang ada yang harus disalahkan, maka salahkanlah dirimu yang tak pandai memaknai hakikat kata ‘CINTA’. Jangan menjadi orang yang sombong, seolah tak membutuhkan cinta dalam hidupmu. Jika kau terus belajar, kau akan temukan bahwa tak seorang pun yang mampu bertahan tanpa cinta.
INGATLAH! Kau hadir di dunia ini karena cinta. Matamu bisa menikmati keindahan alam, itu karena cinta. Jantungmu memompa darah tanpa lelah, itu karena cinta. Dan kau bisa bernapas, menghirup udara segar, atas nama cinta. Segala kenikmatan yang kau rasakan, itu semua karena cinta. Cinta kedua orang tuamu yang merawat dan membesarkanmu, yang tak pernah bisa kau balas dengan harta. Cinta Allah yang selalu mencurahkan rezeki dan rahmat-Nya padamu dan kemudian tak pernah kau syukuri.
Ketika dalam pengembaraanmu kau merasa terjatuh ke jurang yang dalam, itu bukan cinta penyebabnya, melainkan kelalaianmu. Tujuan takkan pernah menjadi sebab. Kau merasa bahwa cinta menyakitimu, dan cinta pula yang menghancurkanmu. Sesungguhnya cinta tak pernah salah, hanya manusia saja yang begitu buta terhadap kebenaran, selalu mencari kambing hitam untuk setiap masalah yang ia hadapi. Tanyakan lagi ke dalam hatimu, apakah niatmu lurus? Cinta seperti apa yang kau kejar? Dan cara apa yang kau gunakan untuk mendapatkannya?
Cinta bukan ketika kau menginginkan sesuatu dan memaksakannya tanpa usaha yang layak. Cinta adalah ketika kau banyak menyebut nama kekasihmu. Cinta adalah ketika kau merasa bahagia didekat-Nya. Dan cinta adalah ketika kau berusaha melakukan segala yang diiginkan oleh kekasihmu, karena cinta butuh pengorbanan sebagai bukti kesetiaan.
YAKINLAH! Cinta merupakan sumber kehidupanmu, maka kau tak bisa mengelak dari fitrahmu. Cintailah kekasihmu melebihi cintamu terhadap dirimu sendiri. Penuhilah kehendak-Nya agar kau terus merasakan sejuknya  ailran cinta-Nya yang bening dan tak pernah berhenti. Semoga Dia berkenan menjadikan kita sebagai kekasih-Nya sehingga kita berhasil mendapatkan cinta tertinggi, cinta dari Sang Pemilik cinta sejati.
ALLAHURRAHMAN!!!
Stay on this assembly! May Allah bless you!
Go on! Islam proselytizers
Dari  seorang pengagum Cinta
Untuk para pecinta sejati
~*Amara*~

Takabbur

Kebanyakan manusia merasa telah cukup dengan ilmu yang ia miliki sehingga merasa tak perlu belajar lagi padahal ilmu Allah sangatlah luas. Mereka menjadi sombong akan kelebihan intelektual mereka, mengumbar-umbar hadits & firman Allah untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka adalah orang-orang pintar, dan menggunakannya untuk membantah bahkan mencela sikap kaum muslimin lain yang senantiasa menjunjung syari’at Islam demi mencari keridho’an Allah. Menganggap dirinya lebih baik karena penguasaan materinya yang hebat  tentang ilmu agama. Apalah gunanya Ilmu tanpa amalan.
Ilmu yang sedikit tetapi diamalkan dengan baik dan rutin lebih bermanfaat daripada ilmu yang banyak tetapi tidak diamalkan. Apalah manfaatnya jika ilmu yang seharusnya digunakan untuk menegakkan panji Allah dimuka bumi ini, justru dijadikan tameng untuk menutupi kedhaifan & kejahilannya serta menciptakan perdebatan yang tak bermutu dengan orang lain sementara diluar sana masih banyak yang membutuhkan sentuhan rohani dari orang-orang yang terbilang paham seperti mereka.
Mereka lebih senang memutarbalikkan ayat-ayat Allah untuk membenarkan sikap mereka. Hanya kesia-siaanlah yang  mereka peroleh. Itukah yang kamu banggakan? Apakah kita termasuk orang-orang yang merugi ini? Na’udzubillahi min djalik! Tapi jika jawabannya ‘Ya’, maka sesungguhnya ampunan Allah tak berbatas.
~*Amara*~

Luruskan Niat!

Di jalan dakwah aku melangkah. Rintangan menjadi bunga-bunga penghias jalan ke surga. Sering kukatakan ‘aku berjuang untuk dakwah, tak mengharap balasan kecuali ridho Ilahi’. Apakah aku bisa mempertanggung-jawabkan perkataanku ini? SESUNGGUHNYA AKU TAK YAKIN.
Ikhlaskah aku yang ketika diberikan amanah selalu mengeluh?
‘Ana lagi, ana lagi.  Apa tidak ada yang lain?’
Tawadhukah aku yang selalu membangga-banggakan diri atas kelebihan dan kemampuanku?
‘Kalau bukan karena ana, agenda ini tidak sukses’
‘Level ana kan lebih tinggi dari anta/anti’
Bertanggung jawabkah aku yang  jika diberi amanah selalu beralasan.
‘Afwan ana sibuk, untuk amanah yang kemarin ana belum bisa laksanakan, jangan ganggu ana dulu sebelum urusan ana selesai’
Zuhudkah aku yang begitu takut mengeluarkan harta untuk kepentingan dakwah?
‘Anta/anti saja yang beli bahan-bahannya, ana masih banyak yang mau dibayar, gak bisa bantu’
Luruskah niatku yang datang ke masjid dan majelis ilmu hanya karena seseorang atau sesuatu?
‘Waduh, wajib datang, kalo ketahuan murobb gak hadir bisa gawat’
‘Ikut kajian dulu ah, mumpung ada makanan gratis’
Pantaskah aku mengaku aktivis dakwah tetapi enggan melaksanakan amanah-amanah dakwah?
Pantaskah aku digelar mujahid/mujahidah sementara aku begitu mudahnya mundur dengan mengatasnamakan kekecewaan?
Akhi/ ukhti,  tanyakan kembali dalam dirimu, kenapa dan untuk apa antum/antunna disini. Bukan pujian, bukan kedudukan, bukan harta, bukan pula ketenaran. Hanya kenikmatan ukhuwah dan jihad fisabilillah untuk meraih mardhotillah.
Note; Artikel ini bukan sekedar bacaan tetapi sebagai bahan renungan bagi para aktivis dakwah
~*Amara*~

Pesan untuk Ikhwan

Wahai ikhwan…
Jagalah izzah saudarimu, jangan kau hujam mereka dengan pandanganmu,pandangan nafsu yang tidak terbalut oleh ridho Allah. Jangan kau lukai mereka dengan perkataanmu, janji-janji tanpa jaminan, ucapan-ucapan yang terdengar manis tapi menjerumuskan, candaan-candaan berlebihan yang merendahkan derajat. Jangan kau lukai mereka dengan tanganmu, tangan yang tak mampu melindungi dirinya, tetap justru menjatuhkannya.
Wahai ikhwan…
Pandangan yang tak terjaga menjadi senjata syetan untuk memerangi manusia, memberikan kayu bakar sehingga api terus berkobar dan menghanguskan keimananmu. Tegakah kamu melihat mereka yang senantiasa menutup aurat, mereka yang senantiasa menjaga izzah dirinya dengan pakaian yang rapat membalut tubuhnya,dinistai oleh pandangan nakal tak terhijab.
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. An-Nur:30)
Lisan pun kadang tak terpelihara dari perkataan-peerkataan yang tak sepantasnya keluar dari mulut seorang aktivis dakwah. Luapan perasaan yang diungkapkan tak dibarengi kesanggupan menanggung konsekwensinya, candaan-candaan yang menurutnya ringan tetapi menjatuhkan  derajat sang akhwat, semua perkataan yang dianggap biasa tetapi menjatuhkan harga diri akhwat. Relakah kamu melihat saudarimu jatuh bahkan futur dari berdakwah karena ucapanmu?
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Muttafaq alaih)
Tak pelak pula, pemandangan yang begitu miris ketika seorang ikhwan tak mampu menjaga tangannya dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Ia dengan tanpa penyesalan atau rasa bersalah pun berani menyentuh akhwat yang tak mempunyai hubungan apapun dengannya. Membuat mereka terlihat tak lebih seperti dagangan-dagangan di pasar yang setiap orang boleh menyentuhnya. Tak malukah dirimu melihat makhluk yang semestinya dimuliakan ini, justru disakiti oleh tangan-tangan jahil?
“Seseorang diantara kamu yang kepalanya ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”
Wahai ikhwan…
Mereka adalah saudarimu, jagalah mereka, lindungilah mereka, sebagaimana jundi-jundi Allah melindungi harta yang dititipkan padanya.
~*Amara*~

AKTIVIS DAKWAH MELANKOLIS

Oleh: Nanang Masaudi

Kejayaan Islam adalah harapan yang dicita-citakan oleh seluruh ummat Islam di sepanjang zaman. Allah SWT telah memuliakan agama ini dengan pengajaran akhlak yang begitu mulia. Tidak satu agamapun yang memiliki ketinggian nilai-nilai akhlaq seperti yang dimiliki oleh agama Islam. Sumber ketinggian agama ini pun senantiasa selalu dikokohkan oleh kekuatan akhlaq para penganutnya. Itulah yang telah ditunjukkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Salah satu bentuk keteladanan yang begitu menonjol ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yaitu keikhlasan berkorban (tadhhiyah). Inilah bentuk karakter muslim yang dapat menumbuhkan kekuatan maupun kehormatan (izzah) bagi agama Islam dan kaum muslimin itu sendiri. Keikhlasan berkorban bagi kepentingan agama Allah menjadi faktor penentu bagi keberhasilan misi dakwah yang menjadi tugas para aktivis dakwah. Tanpa pengorbanan maka kejayaan Islam hanya akan menjadi angan-angan semata. Pengorbanan adalah prasyarat mujahadah atau kesungguhan dalam mengemban setiap amanah demi terwujudanya cita-cita besar bagi hadirnya Kedigdayaan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Sejarah keemasan Islam tidak diraih hanya dalam waktu sekejap dan tidak pula dengan kerja-kerja seadanya yang tidak terprogram, serta tidak memiliki tujuan. Kerja keras yang dihiasi dengan berbagai pengorbanan perlahan namun pasti memberikan buah manis yang tidak hanya dinikmati oleh gernerasi di satu zaman namun terasa pula hingga ke sudut-sudut zaman berikutnya. Episode perjuangan para mujahid Islam itu telah menambah khazanah sejarah kebangkitan Islam di masa silam. Pengorbanan Siti Khadijah yang telah mempersembahkan seluruh aset bisnisnya bagi proyek dakwah Rasulullah SAW di Mekah, Pengorbanan Sahabat Abu Bakar Siddiq yang tidak menyisakan harta sepeserpun bagi dirinya demi agama Allah, Pengorbanan sahabat Utsman bin Affan dengan 7 kafilah dagangnya bagi angkatan perang Islam, pengorbanan Sahabat Mush’ab bin Umair yang telah menyumbangkan hampir seluruh masa remajanya bagi dakwah Islam dan sekian banyak pengorbanan para sahabat lainnya menunjukkan sebuah potret perjuangan membela agama Allah yang penuh kesungguhan dan keikhlasan.
Sepatutnyalah bagi para aktivis dakwah menjadikan potret sejarah pengorbanan Rasulullah dan para sahabat sebagai referensi keteladanan dan inspirasi historis yang patut dibanggakan.  Kita bangga bahwa Islam memiliki sejarah yang begitu unggul dalam rentang sejarah peradaban umat manusia. Narasi perjuangan yang penuh dengan kisah-kisah pengorbanan yang memilukan tersebut telah sukses menorehkan sebuah catatan penting bahwa Islamlah yang layak menjadi solusi bagi setiap persoalan umat manusia sampai kapanpun.  Kitapun patut berbangga bahwa Islamlah satu-satunya agama yang telah mengajarkan betapa pengorbanan memiliki nilai yang begitu tinggi di mata Allah dan membawa kemuliaan dihadapan manusia.
Setiap zaman memiliki tantangan dakwahnya masing-masing. Namun secara substantif memiliki kesamaan sifat dan karakteristiknya. Bentuk tantangan dakwah di masa silam nampak begitu nyata menekan bahkan menindas aktivitas dakwah dan para aktivisnya. Dimasa kini bentuk-bentuk serangan terhadap syiar Islam cenderung lebih samar, menggerogoti dari dalam, perlahan namun hasilnya begitu fatal hingga melemahkan kekuatan Islam dalam segala aspeknya. Ironisnya tantangan ini terkadang tidak disadari oleh para aktivis dakwah hingga sampai melemahkan semangat dan gerakan mereka. Kompleksitas persoalan dakwah ditambah lagi dengan bentuk-bentuk tantangan dakwah yang semakin beragam cenderung melahirkan para aktivis yang manja dan melankolis (cengeng). Tidak jarang kita temukan para aktivis dakwah yang terlalu cepat mengeluh, suka beralasan, masa bodoh, mengharapkan pengakuan atas kerja-kerja dakwahnya, menghitung-hitung pengeluaran, dan tidak sedikit pula yang suka mengumbar-ngumbar cerita tentang kisah heroiknya khususnya di wilayah-wilyah dakwah siyasi, bahkan ada yang enggan berkorban sama sekali. Risih juga ketika menemukan aktivis yang modelnya seperti ini jika kita merenungkan apa yang telah dikorbankan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat dulu. Tidakkah kita malu kepada Allah jika hanya mempersembahkan pengorbanan yang belum seberapa? Kita pun tentu akan malu kepada Rasulullah SAW yang telah ditimpuk kepala beliau dengan batu, yang telah ditaburkan pasir ke rambut kepala beliau, yang dilempari kotoran dan isi perut binatang ketika beliau sedang sholat, yang patah giginya ketika berjuang di medan Uhud dan berbagai penderitaan beliau yang sungguh tak cukup bila hanya diuraikan dalam satu artikel saja. Sepatutnya pula kita malu untuk mengeluh dan mengumbar-ngumbar jasa kita dalam dakwah andai saja dihadapan kita ada sosok Mush’ab bin Umair dengan dua tangannya yang sudah putus, ada Hamzah bin Abdul Muthollib yang terburai jantungnya, dan para sahabat lainnya yang tidak pernah mengeluh sedikitpun memperjuangkan agama Allah SWT sampai akhir hayat mereka.
Perjuangan dan pengorbanan yang telah dipersembahkan oleh para syuhada dakwah di masa silam benar-benar dilandasi oleh kesungguhan dan niat ikhlas semata-mata berharap ridho Allah SWT. Pengorbanan mereka pun tidak salah arah, yakni pengorbanan bukan untuk  memperoleh keuntungan duniawi seperti pujian atau materi berupa harta rampasan perang. Bilapun ada ada keuntungan duniawi yang mereka peroleh dari pengorbanan mereka maka itu hanyalah dampak sampingan dari tujuan mereka sebenarnya. Ketaatan menjadi laku hidup mereka, keberanian menjadi karakter khas mereka. Akhlaq mulia yang menghiasi pribadi mereka menjadi kekuatan penting dalam membangun peradaaban Islam. Sedangkan prinsip dan karakter  islami yang mereka genggam menjadi kekuatan utama dalam rangka mengawal tetap utuhnya peradaban Islam yang senantiasa menebarkan cahaya dan rahmatnya bagi seluruh alam.
Dengan senantiasa merenungkan berbagai pengorbanan Rasulullah SAW dan para sahabat di pentas dakwah selayaknya dapat memicu spirit pengorbanan para aktivis dakwah di masa kini. Medan juang dakwah saat ini sangat membutuhkan para aktivis yang tidak hanya sekedar larut dalam ritual-ritual dakwah yang bersifat seremonial, tapi sanggup memberikan kontribusi yang nyata dan pengorbanan yang besar bagi agama Allah. Pengorbanan yang kita kontribusikan bagi dakwah ini idealnya bukan aset yang berkalitas rendah. Sisa tenaga, sisa belanja, sisa waktu yang selama ini cenderung menjadi langganan bagi aktivitas dakwah kita harus di-upgrade lagi hingga menjadi tenaga utama, harta utama, dan waktu utama bagi dakwah. Dengan segala keutamaan yang kita berikan bagi dakwah ini maka kejayaan Islam yang menjadi proyek besar dakwah agama ini akan menemui banyak kemudahan dari Allah SWT.  Wallaahu  a’lam.

Mujahid itu...

Semangat juang seorang mujahid
Tak kan terpatahkan dengan silau dunia
Karena akhiratlah yang terngiang-ngiang di kepalanya
Mereka mampu menerjang ombak
Menghancurkan karang
Untuk menancapkan kembali bendera islam dipenjuru bumi
Langkahnya bak kilat yang terus melaju tak kenal lelah
Tatapannya pasti namun tetap menyejukkan
Membangkitkan semangat bagi setiap jiwa yang menatapnya
Tekadnya bulat, satu untuk islam
Bibirnya basah akan dzikir pada sang Illahi
Hatinya tak henti mensyukuri nikmat_Nya
Cintanya terbukti dengan penyerahan Jiwa Raganya di jalan ini
Untuk kembali menancapkan syari’at islam di hati setiap insan
Setiap kedipan matanya senantiasa merindukan syahid untuk islamnya
Subhanallah…
Bagaimana dengan dirimu?
Bagaimana dengan niat didadamu?
Masihkan terarah untuk memenangkan islam ini?...wahai saudaraku

Itsnain