Suatu
waktu, Khalifah Umar bin Khattab kedatangan tamu dari negeri Himsy,
salah satu wilayah kekuasaan Islam. Khalifah Umar dengan ramah tamah
menghormati tamu-tamunya. Selang beberapa saat, Khalifah Umar mengadakan
temu wicara dengan mereka. Ia banyak bertanya tentang kondisi rakyatnya
di sana, baik pendidikan, kesehatan maupun kesejahteraannya.
Seusai dialog, Khalifah Umar bin Khattab menyuruh para tamunya itu untuk
mencatat dan melaporkan rakyatnya yang kurang mampu. Ketika membaca
laporan tersebut, Khalifah Umar tiba-tiba terlihat kaget saat melihat
nama Sa'id bin 'Amir tercantum dalam daftar orang miskin.
Dengan keadaan penasaran Khalifah Umar memanggil mereka dan bertanya.
''Wahai tamu-tamuku, siapakah gerangan Sa'id ibn 'Amir yang kalian
maksud?''
Mereka menjawab, ''Beliau adalah gubernur kami dan salah seorang utusan
Amirul Mukminin yang telah diamanahi tugas untuk memimpin kami.''
Pada saat itu, Khalifah Umar langsung menangis. Ia tak kuat menahan haru
atas kejujuran serta keamanahan utusannya. Khalifah Umar pun segera
memberikan hadiah khusus buat sang gubernurnya.
Sesampainya hadiah tersebut kepada Sa'id bin 'Amir, ia justru bukan
merasakan kebahagiaan dengan mendapatkan bingkisan dari atasannya. Yang
terjadi malah sebaliknya. Ia sangat khawatir dengan ujian kenikmatan
mendapatkan materi.
Dengan bersegera, Sa'id pun membagikan kembali hadiah tersebut kepada
rakyatnya yang betul-betul membutuhkannya. Ia bahkan tidak mengambil
sepeser pun buat kepentingan pribadi dan keluarganya.
Sungguh dalam kisah ini terkandung banyak hikmah yang bisa kita petik.
Seorang pemimpin besar yang mempunyai kekuasaan luas, walau ia belum
sempat mengunjungi semuanya, tapi ia sangat telaten untuk mengetahui
keadaan rakyatnya. Kebutuhan rakyatnya selalu ia perhatikan serta segera
dipenuhi. Bukan malah sebaliknya, kebutuhan rakyat yang sangat mendasar
dihilangkan atau kurang dipenuhi, sehingga menelantarkan dan
menyusahkan mereka.
Begitu pula pejabat yang diamanahi tugas, betul-betul melaksanakan
amanahnya. Para pembantunya tidak serta-merta karena mempunyai wewenang,
lantas manfaatkan kedudukannya dengan mengeksploitasi segala hal untuk
memenuhi keinginannya. Penunjukan pejabat bukan karena hasil kolusi dan
nepotisme atau uang pelicin. Tapi, lebih berdasarkan pada
profesionalisme. Dengan cara seperti itulah insya Allah semua tugas akan
mampu dilaksanakan dengan baik. Sungguh, alangkah rindunya kita kepada
tipe pemimpin dan pejabat seperti mereka. Wallahu a'lam.
Oleh : Buldan Tsanie
Senin, 20 Februari 2012
Merapatkan Barisan
Pada
suatu hari para sahabat berkumpul membicarakan perbuatan yang paling
bernilai di mata Allah. Salah seorang dari mereka lantas menanyakan hal
ini kepada Nabi.
Lalu, diturunkan kepada Nabi SAW, Alquran surat Al-Shaff, surat ke-61, yang di dalamnya terkandung perintah agar kaum Muslim berjihad dan menyusun barisan. Firman Allah, ''Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.'' (Al-Shaff: 4).
Dalam ayat lain diterangkan pula bahwa para malaikat selalu dalam keadaan berbaris-baris dan selalu siap siaga dalam melaksanakan perintah-perintah Allah (Al-Shaffat: 165). Mereka memiliki disiplin tinggi dan tidak pernah lalai dalam menjalankan tugas (Al-Tahrim: 6).
Rasulullah SAW pernah menyuruh kaum Muslim agar membangun barisan seperti barisan para malaikat. Ditanyakan kepada beliau tentang barisan para malaikat itu. Jawab Nabi, ''Rapat dan kuat.'' (HR Muslim).
Penjelasan lebih lanjut tentang barisan yang rapat dan kuat itu dapat dibaca dalam permulaan surat Al-Shaffat. Perhatikan firman Allah ini, ''Demi (rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya. Demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya perbuatan dosa. Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran.'' (Al-Shaffat: 1-3).
Barisan para malaikat, seperti dikatakan Nabi, sungguh rapat dan kuat. Kekuatan barisan mereka, berdasarkan ayat di atas, disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, kekompakan yang membuat mereka menjadi sangat solid. Kedua, orientasi ketuhanan (tauhid) yang membuat mereka hanya mau tunduk dan patuh kepada Allah SWT semata. Ketiga, komitmen kepada kebenaran yang membuat mereka selalu menyeru dan berpihak kepada kebaikan dan kemaslahatan umat.
Faktor lain yang menyebabkan kekuatan barisan mereka adalah disiplin. Agaknya sukar dibayangkan ada kesatuan atau barisan tanpa ada disiplin. Perkataan shaff atau barisan itu sendiri, menurut pakar tafsir Syekh Mushthafa al-Maragi, memang mengandung makna disiplin. Disiplin adalah sikap konsisten (istiqamah) dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Dikatakan, disiplin merupakan salah satu kunci kemajuan dan kesuksesan.
Itu sebabnya, Nabi pernah mengingatkan kaum Muslim agar disiplin. Katanya, ''Sebaik-baik amal (ibadah) adalah amal yang dilakukan dengan disiplin tinggi (istiqamah) meskipun amal itu kecil.'' (HR Muslim).
Kaum Muslim, seperti dianjurkan oleh Nabi, perlu belajar dari kesatuan dan barisan para malaikat. Berangkat dari sini, barangkali sudah tiba waktunya bagi kaum Muslim untuk bersatu, membangun dan merapatkan barisan. Perintah Allah dan Rasul agar kaum Muslim meluruskan dan merapatkan barisan dalam shalat, agaknya harus pula diwujudkan dan ditunjukkan dalam kehidupan nyata.
Tanpa barisan yang kuat dan disiplin yang tinggi, kaum Muslim tidak akan pernah menjadi subjek (fa'il), tetapi selamanya hanya akan menjadi objek penderita (maf'ul) seperti yang selama ini terjadi, yang tanpa daya bisa diatur dan dimainkan oleh kekuatan-kekuatan lain di luar diri mereka. Karena itu, rapatkan barisan, galang persatuan, dan raih kemenangan. Wallahu a'lam!.
Lalu, diturunkan kepada Nabi SAW, Alquran surat Al-Shaff, surat ke-61, yang di dalamnya terkandung perintah agar kaum Muslim berjihad dan menyusun barisan. Firman Allah, ''Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.'' (Al-Shaff: 4).
Dalam ayat lain diterangkan pula bahwa para malaikat selalu dalam keadaan berbaris-baris dan selalu siap siaga dalam melaksanakan perintah-perintah Allah (Al-Shaffat: 165). Mereka memiliki disiplin tinggi dan tidak pernah lalai dalam menjalankan tugas (Al-Tahrim: 6).
Rasulullah SAW pernah menyuruh kaum Muslim agar membangun barisan seperti barisan para malaikat. Ditanyakan kepada beliau tentang barisan para malaikat itu. Jawab Nabi, ''Rapat dan kuat.'' (HR Muslim).
Penjelasan lebih lanjut tentang barisan yang rapat dan kuat itu dapat dibaca dalam permulaan surat Al-Shaffat. Perhatikan firman Allah ini, ''Demi (rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya. Demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya perbuatan dosa. Dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran.'' (Al-Shaffat: 1-3).
Barisan para malaikat, seperti dikatakan Nabi, sungguh rapat dan kuat. Kekuatan barisan mereka, berdasarkan ayat di atas, disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, kekompakan yang membuat mereka menjadi sangat solid. Kedua, orientasi ketuhanan (tauhid) yang membuat mereka hanya mau tunduk dan patuh kepada Allah SWT semata. Ketiga, komitmen kepada kebenaran yang membuat mereka selalu menyeru dan berpihak kepada kebaikan dan kemaslahatan umat.
Faktor lain yang menyebabkan kekuatan barisan mereka adalah disiplin. Agaknya sukar dibayangkan ada kesatuan atau barisan tanpa ada disiplin. Perkataan shaff atau barisan itu sendiri, menurut pakar tafsir Syekh Mushthafa al-Maragi, memang mengandung makna disiplin. Disiplin adalah sikap konsisten (istiqamah) dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Dikatakan, disiplin merupakan salah satu kunci kemajuan dan kesuksesan.
Itu sebabnya, Nabi pernah mengingatkan kaum Muslim agar disiplin. Katanya, ''Sebaik-baik amal (ibadah) adalah amal yang dilakukan dengan disiplin tinggi (istiqamah) meskipun amal itu kecil.'' (HR Muslim).
Kaum Muslim, seperti dianjurkan oleh Nabi, perlu belajar dari kesatuan dan barisan para malaikat. Berangkat dari sini, barangkali sudah tiba waktunya bagi kaum Muslim untuk bersatu, membangun dan merapatkan barisan. Perintah Allah dan Rasul agar kaum Muslim meluruskan dan merapatkan barisan dalam shalat, agaknya harus pula diwujudkan dan ditunjukkan dalam kehidupan nyata.
Tanpa barisan yang kuat dan disiplin yang tinggi, kaum Muslim tidak akan pernah menjadi subjek (fa'il), tetapi selamanya hanya akan menjadi objek penderita (maf'ul) seperti yang selama ini terjadi, yang tanpa daya bisa diatur dan dimainkan oleh kekuatan-kekuatan lain di luar diri mereka. Karena itu, rapatkan barisan, galang persatuan, dan raih kemenangan. Wallahu a'lam!.
Kamis, 02 Februari 2012
Pesan Untuk Akhwat
Wahai akhwat…
Jagalah
izzahmu. Jangan kau hujam pandangan ikhwan dengan auratmu yang terbuka.
Pakaian yang keluar dari syari’at Islam. Jangan kau gugurkan tawadhu’
mereka dengan candaan-candaan berlebihan yang merendahkan derajat.
Wahai akhwat…
Aurat
yang tak terjaga menjadi senjata syetan untuk memerangi manusia,
memberikan kayu bakar sehingga api terus berkobar dan menghanguskan
keimananmu. Tegakah kamu melihat mereka yang senantiasa menjaga
pandangannya, mereka yang senantiasa menjaga izzah dirinya, menjaga
rasa tawadhu’nya dengan menundukkan pandangannya, dinistai oleh tubuh
tak terhijab.
“Katakanlah
kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; dan janganlah menampakkan perhoasannya
(auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya)…” (QS. An-Nur :31)
Lisan
pun kadang tak terpelihara dari perkataan-peerkataan yang tak
sepantasnya keluar dari mulut seorang aktivis dakwah. Nada-nada manjamu
yang menusuk hati mereka. Luapan perasaan yang diungkapkan tak
dibarengi kesanggupan menanggung konsekwensinya, candaan-candaan yang
menurutnya ringan tetapi menjatuhkan tawadhu’
sang ikhwan, semua perkataan yang dianggap biasa tetapi menjatuhkan
ketawadhu’kan ikhwan. Relakah kamu melihat saudaramu jatuh bahkan futur
dari berdakwah karena ucapanmu?
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Muttafaq alaih)
Wahai akhwat…
Mereka
adalah saudaramu, bantulah mereka menjaga pandangannya, bantulah mereka
menjauhi canda-tawa denganmu, bantulah mereka menegakkan iman mereka
hingga halal bagi kita.
Note: Menanggapi artikel “pesan untuk ikhwan” by Amara
*Nainy*
Buah Dari Tarbiyah
Tahukah kau wahai adikku, sahabatku,
Bagaimana tarbiyah mengajarkan kita tentang nikmatnya arti jalan ini
Hingga duri pun tak lagi terasa seperti tusukan duri
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Membuat kita mampu tetap melangkah kedepan untuk umat ini
Hingga cinta kita pada umat ini lebih besar ketimbang cinta kita untuk diri kita sendiri
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Membuat kita tak pernah lelah hingga lelah itu lelah mengejar kita
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Membuat kita terjaga dari futur hingga futur itu menyerah tuk menyergap ruhiyah kita
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Mengajarkan kita bagaimana menggandeng tangan saudara-saudara kita tuk bersama menegakkan mulianya islam ini
Memang begitulah seharusnya buah dari tarbiyah
Mengajari kita tuk senantiasa sujud di sepertiga malam terakhir
HANYA UNTUK MENGOBATI RINDU BERMUNAJAH KEPADA-NYA
Ya Illahi robb.. betapa rindu_Nya kami akan rindu_Mu
Ingatlah bahwa akhir zaman akan dimenangkan oleh agama mulia ini
“Wahai orang-orang yang beriman, Jika kamu menolong agama Allah, maka Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Muhammad:7)
“….Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah?...”(At-Taubah:111)*Nainy*
Renungan Untuk Akivis Dakwah
Bismillahirrohmanirrohim…
Ya Rahman,,,
Beginilah hamba_Mu yang senantiasa berselimut dosa
Begitu tajamnya kerikil di jalan ini
Namun sedikit orang menyadarinya, Kurasa
Ketika niat mulai bulat berikan jiwa raga untuk Islam_Mu,
Ternyata ku terlalai dari menjaga pondasi ini
Ku terlalu sibuk mendesain pondasi orang-orang
Tanpa kusadari,,, DIRIKU lah yang mulai merapuh
Mulai jauh dari bersujud pada_Mu
Innalillah…
Bukankah seharusnya pondasi ini harus kuat terlebih dahulu sebelum ku membangun pondasi orang lain???
Ya Illahi Robb,,,
Tegurlah hamba ketika Langkah ini mulai menjauh dari jalan_Mu
Sesungguhnya Hidupku adalah untuk senantiasa bersujud pada_Mu
Apalah arti hidup ketika Ridho_Mu tak mampu ku genggam…*Nainy*
Catatan Akhir Tahun untuk Sahabat
Wahai Sahabat..
Bila sahabatmu sakit, maka luangkanlah waktu untuk menjaganya
Bila sahabatmu meneteskan air mata, maka usaplah air matanya dengan mendengarkan ceritanya
Bila
sahabatmu tak senyum padamu ketika kau tersenyum padanya, maka
katakanlah pada dirimu “oh, mungkin sahabatku ini lagi ada masalah”
Bila sahabatmu tak menghadiri acaramu, maka katakanlah pada dirimu “mungkin sahabatku ini punya amanah yang lebih penting”
Ketika ucapan sahabatmu memukul hatimu, maka katakanlah pada dirimu “ah, ini hanyalah penyakit hatiku”
Bila sahabatmu beberapa hari tak mengirimu sms, maka ketiklah sebuah pesan rindu untuknya
Belajarlah untuk menanamkan keikhlasan dalam ukhuwah
Belajarlah untuk marah HANYA KARENA ALLAH SWT*Nainy*
KATA-KATA CINTA
Jangan
menyalahkan cinta atas penderitaanmu dalam mengejar cinta. Jikalau
memang ada yang harus disalahkan, maka salahkanlah dirimu yang tak
pandai memaknai hakikat kata ‘CINTA’. Jangan menjadi orang yang
sombong, seolah tak membutuhkan cinta dalam hidupmu. Jika kau terus
belajar, kau akan temukan bahwa tak seorang pun yang mampu bertahan tanpa cinta.
INGATLAH!
Kau hadir di dunia ini karena cinta. Matamu bisa menikmati keindahan
alam, itu karena cinta. Jantungmu memompa darah tanpa lelah, itu karena
cinta. Dan kau bisa bernapas, menghirup udara segar, atas nama cinta.
Segala kenikmatan yang kau rasakan, itu semua karena cinta. Cinta kedua
orang tuamu yang merawat dan membesarkanmu, yang tak pernah bisa kau
balas dengan harta. Cinta Allah yang selalu mencurahkan rezeki dan
rahmat-Nya padamu dan kemudian tak pernah kau syukuri.
Ketika dalam pengembaraanmu kau merasa terjatuh ke jurang yang dalam, itu bukan cinta penyebabnya, melainkan kelalaianmu. Tujuan takkan pernah menjadi sebab.
Kau merasa bahwa cinta menyakitimu, dan cinta pula yang
menghancurkanmu. Sesungguhnya cinta tak pernah salah, hanya manusia
saja yang begitu buta terhadap kebenaran, selalu mencari kambing hitam
untuk setiap masalah yang ia hadapi. Tanyakan lagi ke dalam hatimu,
apakah niatmu lurus? Cinta seperti apa yang kau kejar? Dan cara apa
yang kau gunakan untuk mendapatkannya?
Cinta
bukan ketika kau menginginkan sesuatu dan memaksakannya tanpa usaha
yang layak. Cinta adalah ketika kau banyak menyebut nama kekasihmu.
Cinta adalah ketika kau merasa bahagia didekat-Nya. Dan cinta adalah
ketika kau berusaha melakukan segala yang diiginkan oleh kekasihmu,
karena cinta butuh pengorbanan sebagai bukti kesetiaan.
YAKINLAH!
Cinta merupakan sumber kehidupanmu, maka kau tak bisa mengelak dari
fitrahmu. Cintailah kekasihmu melebihi cintamu terhadap dirimu sendiri.
Penuhilah kehendak-Nya agar kau terus merasakan sejuknya ailran
cinta-Nya yang bening dan tak pernah berhenti. Semoga Dia berkenan
menjadikan kita sebagai kekasih-Nya sehingga kita berhasil mendapatkan
cinta tertinggi, cinta dari Sang Pemilik cinta sejati.
ALLAHURRAHMAN!!!
Stay on this assembly! May Allah bless you!
Go on! Islam proselytizers
Go on! Islam proselytizers
Dari seorang pengagum Cinta
Untuk para pecinta sejati
Untuk para pecinta sejati
~*Amara*~
Takabbur
Kebanyakan
manusia merasa telah cukup dengan ilmu yang ia miliki sehingga merasa
tak perlu belajar lagi padahal ilmu Allah sangatlah luas. Mereka
menjadi sombong akan kelebihan intelektual mereka, mengumbar-umbar
hadits & firman Allah untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa
mereka adalah orang-orang pintar, dan menggunakannya untuk membantah
bahkan mencela sikap kaum muslimin lain yang senantiasa menjunjung
syari’at Islam demi mencari keridho’an Allah. Menganggap dirinya lebih
baik karena penguasaan materinya yang hebat tentang ilmu agama. Apalah gunanya Ilmu tanpa amalan.
Ilmu
yang sedikit tetapi diamalkan dengan baik dan rutin lebih bermanfaat
daripada ilmu yang banyak tetapi tidak diamalkan. Apalah manfaatnya
jika ilmu yang seharusnya digunakan untuk menegakkan panji Allah dimuka
bumi ini, justru dijadikan tameng untuk menutupi kedhaifan &
kejahilannya serta menciptakan perdebatan yang tak bermutu dengan orang
lain sementara diluar sana masih banyak yang membutuhkan sentuhan
rohani dari orang-orang yang terbilang paham seperti mereka.
Mereka lebih senang memutarbalikkan ayat-ayat Allah untuk membenarkan sikap mereka. Hanya kesia-siaanlah yang mereka
peroleh. Itukah yang kamu banggakan? Apakah kita termasuk orang-orang
yang merugi ini? Na’udzubillahi min djalik! Tapi jika jawabannya ‘Ya’,
maka sesungguhnya ampunan Allah tak berbatas.
~*Amara*~
Luruskan Niat!
Di
jalan dakwah aku melangkah. Rintangan menjadi bunga-bunga penghias
jalan ke surga. Sering kukatakan ‘aku berjuang untuk dakwah, tak
mengharap balasan kecuali ridho Ilahi’. Apakah aku bisa
mempertanggung-jawabkan perkataanku ini? SESUNGGUHNYA AKU TAK YAKIN.
Ikhlaskah aku yang ketika diberikan amanah selalu mengeluh?
‘Ana lagi, ana lagi. Apa tidak ada yang lain?’
Tawadhukah aku yang selalu membangga-banggakan diri atas kelebihan dan kemampuanku?
‘Kalau bukan karena ana, agenda ini tidak sukses’
‘Level ana kan lebih tinggi dari anta/anti’
‘Level ana kan lebih tinggi dari anta/anti’
Bertanggung jawabkah aku yang jika diberi amanah selalu beralasan.
‘Afwan ana sibuk, untuk amanah yang kemarin ana belum bisa laksanakan, jangan ganggu ana dulu sebelum urusan ana selesai’
Zuhudkah aku yang begitu takut mengeluarkan harta untuk kepentingan dakwah?
‘Anta/anti saja yang beli bahan-bahannya, ana masih banyak yang mau dibayar, gak bisa bantu’
Luruskah niatku yang datang ke masjid dan majelis ilmu hanya karena seseorang atau sesuatu?
‘Waduh, wajib datang, kalo ketahuan murobb gak hadir bisa gawat’
‘Ikut kajian dulu ah, mumpung ada makanan gratis’
Pantaskah aku mengaku aktivis dakwah tetapi enggan melaksanakan amanah-amanah dakwah?
Pantaskah aku digelar mujahid/mujahidah sementara aku begitu mudahnya mundur dengan mengatasnamakan kekecewaan?
Akhi/ ukhti, tanyakan
kembali dalam dirimu, kenapa dan untuk apa antum/antunna disini. Bukan
pujian, bukan kedudukan, bukan harta, bukan pula ketenaran. Hanya
kenikmatan ukhuwah dan jihad fisabilillah untuk meraih mardhotillah.
Note; Artikel ini bukan sekedar bacaan tetapi sebagai bahan renungan bagi para aktivis dakwah
~*Amara*~
Pesan untuk Ikhwan
Wahai ikhwan…
Jagalah
izzah saudarimu, jangan kau hujam mereka dengan pandanganmu,pandangan
nafsu yang tidak terbalut oleh ridho Allah. Jangan kau lukai mereka
dengan perkataanmu, janji-janji tanpa jaminan, ucapan-ucapan yang
terdengar manis tapi menjerumuskan, candaan-candaan berlebihan yang
merendahkan derajat. Jangan kau lukai mereka dengan tanganmu, tangan
yang tak mampu melindungi dirinya, tetap justru menjatuhkannya.
Wahai ikhwan…
Pandangan
yang tak terjaga menjadi senjata syetan untuk memerangi manusia,
memberikan kayu bakar sehingga api terus berkobar dan menghanguskan
keimananmu. Tegakah kamu melihat mereka yang senantiasa menutup aurat,
mereka yang senantiasa menjaga izzah dirinya dengan pakaian yang rapat
membalut tubuhnya,dinistai oleh pandangan nakal tak terhijab.
Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. An-Nur:30)
Lisan
pun kadang tak terpelihara dari perkataan-peerkataan yang tak
sepantasnya keluar dari mulut seorang aktivis dakwah. Luapan perasaan
yang diungkapkan tak dibarengi kesanggupan menanggung konsekwensinya,
candaan-candaan yang menurutnya ringan tetapi menjatuhkan derajat
sang akhwat, semua perkataan yang dianggap biasa tetapi menjatuhkan
harga diri akhwat. Relakah kamu melihat saudarimu jatuh bahkan futur
dari berdakwah karena ucapanmu?
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Muttafaq alaih)
Tak
pelak pula, pemandangan yang begitu miris ketika seorang ikhwan tak
mampu menjaga tangannya dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Ia
dengan tanpa penyesalan atau rasa bersalah pun berani menyentuh akhwat
yang tak mempunyai hubungan apapun dengannya. Membuat mereka terlihat
tak lebih seperti dagangan-dagangan di pasar yang setiap orang boleh
menyentuhnya. Tak malukah dirimu melihat makhluk yang semestinya
dimuliakan ini, justru disakiti oleh tangan-tangan jahil?
“Seseorang
diantara kamu yang kepalanya ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik
daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”
Wahai ikhwan…
Mereka
adalah saudarimu, jagalah mereka, lindungilah mereka, sebagaimana
jundi-jundi Allah melindungi harta yang dititipkan padanya.
~*Amara*~
AKTIVIS DAKWAH MELANKOLIS
Oleh: Nanang Masaudi
Kejayaan
Islam adalah harapan yang dicita-citakan oleh seluruh ummat Islam di
sepanjang zaman. Allah SWT telah memuliakan agama ini dengan pengajaran
akhlak yang begitu mulia. Tidak satu agamapun yang memiliki ketinggian
nilai-nilai akhlaq seperti yang dimiliki oleh agama Islam. Sumber
ketinggian agama ini pun senantiasa selalu dikokohkan oleh kekuatan
akhlaq para penganutnya. Itulah yang telah ditunjukkan oleh Nabi dan
para sahabatnya. Salah satu bentuk keteladanan yang begitu menonjol
ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau yaitu
keikhlasan berkorban (tadhhiyah). Inilah bentuk karakter muslim yang
dapat menumbuhkan kekuatan maupun kehormatan (izzah) bagi agama Islam
dan kaum muslimin itu sendiri. Keikhlasan berkorban bagi kepentingan
agama Allah menjadi faktor penentu bagi keberhasilan misi dakwah yang
menjadi tugas para aktivis dakwah. Tanpa pengorbanan maka kejayaan
Islam hanya akan menjadi angan-angan semata. Pengorbanan adalah
prasyarat mujahadah atau kesungguhan dalam mengemban setiap amanah demi
terwujudanya cita-cita besar bagi hadirnya Kedigdayaan Islam sebagai
rahmat bagi seluruh alam.
Sejarah
keemasan Islam tidak diraih hanya dalam waktu sekejap dan tidak pula
dengan kerja-kerja seadanya yang tidak terprogram, serta tidak memiliki
tujuan. Kerja keras yang dihiasi dengan berbagai pengorbanan perlahan
namun pasti memberikan buah manis yang tidak hanya dinikmati oleh
gernerasi di satu zaman namun terasa pula hingga ke sudut-sudut zaman
berikutnya. Episode perjuangan para mujahid Islam itu telah menambah
khazanah sejarah kebangkitan Islam di masa silam. Pengorbanan Siti
Khadijah yang telah mempersembahkan seluruh aset bisnisnya bagi proyek
dakwah Rasulullah SAW di Mekah, Pengorbanan Sahabat Abu Bakar Siddiq
yang tidak menyisakan harta sepeserpun bagi dirinya demi agama Allah,
Pengorbanan sahabat Utsman bin Affan dengan 7 kafilah dagangnya bagi
angkatan perang Islam, pengorbanan Sahabat Mush’ab bin Umair yang telah
menyumbangkan hampir seluruh masa remajanya bagi dakwah Islam dan
sekian banyak pengorbanan para sahabat lainnya menunjukkan sebuah
potret perjuangan membela agama Allah yang penuh kesungguhan dan
keikhlasan.
Sepatutnyalah
bagi para aktivis dakwah menjadikan potret sejarah pengorbanan
Rasulullah dan para sahabat sebagai referensi keteladanan dan inspirasi
historis yang patut dibanggakan. Kita bangga
bahwa Islam memiliki sejarah yang begitu unggul dalam rentang sejarah
peradaban umat manusia. Narasi perjuangan yang penuh dengan kisah-kisah
pengorbanan yang memilukan tersebut telah sukses menorehkan sebuah
catatan penting bahwa Islamlah yang layak menjadi solusi bagi setiap
persoalan umat manusia sampai kapanpun. Kitapun
patut berbangga bahwa Islamlah satu-satunya agama yang telah
mengajarkan betapa pengorbanan memiliki nilai yang begitu tinggi di
mata Allah dan membawa kemuliaan dihadapan manusia.
Setiap
zaman memiliki tantangan dakwahnya masing-masing. Namun secara
substantif memiliki kesamaan sifat dan karakteristiknya. Bentuk
tantangan dakwah di masa silam nampak begitu nyata menekan bahkan
menindas aktivitas dakwah dan para aktivisnya. Dimasa kini
bentuk-bentuk serangan terhadap syiar Islam cenderung lebih samar,
menggerogoti dari dalam, perlahan namun hasilnya begitu fatal hingga
melemahkan kekuatan Islam dalam segala aspeknya. Ironisnya tantangan
ini terkadang tidak disadari oleh para aktivis dakwah hingga sampai
melemahkan semangat dan gerakan mereka. Kompleksitas persoalan dakwah
ditambah lagi dengan bentuk-bentuk tantangan dakwah yang semakin
beragam cenderung melahirkan para aktivis yang manja dan melankolis
(cengeng). Tidak jarang kita temukan para aktivis dakwah yang terlalu
cepat mengeluh, suka beralasan, masa bodoh, mengharapkan pengakuan atas
kerja-kerja dakwahnya, menghitung-hitung pengeluaran, dan tidak sedikit
pula yang suka mengumbar-ngumbar cerita tentang kisah heroiknya
khususnya di wilayah-wilyah dakwah siyasi, bahkan ada yang enggan
berkorban sama sekali. Risih juga ketika menemukan aktivis yang
modelnya seperti ini jika kita merenungkan apa yang telah dikorbankan
oleh Rasulullah SAW dan para sahabat dulu. Tidakkah kita malu kepada
Allah jika hanya mempersembahkan pengorbanan yang belum seberapa? Kita
pun tentu akan malu kepada Rasulullah SAW yang telah ditimpuk kepala
beliau dengan batu, yang telah ditaburkan pasir ke rambut kepala
beliau, yang dilempari kotoran dan isi perut binatang ketika beliau
sedang sholat, yang patah giginya ketika berjuang di medan Uhud dan
berbagai penderitaan beliau yang sungguh tak cukup bila hanya diuraikan
dalam satu artikel saja. Sepatutnya pula kita malu untuk mengeluh dan
mengumbar-ngumbar jasa kita dalam dakwah andai saja dihadapan kita ada
sosok Mush’ab bin Umair dengan dua tangannya yang sudah putus, ada
Hamzah bin Abdul Muthollib yang terburai jantungnya, dan para sahabat
lainnya yang tidak pernah mengeluh sedikitpun memperjuangkan agama
Allah SWT sampai akhir hayat mereka.
Perjuangan
dan pengorbanan yang telah dipersembahkan oleh para syuhada dakwah di
masa silam benar-benar dilandasi oleh kesungguhan dan niat ikhlas
semata-mata berharap ridho Allah SWT. Pengorbanan mereka pun tidak
salah arah, yakni pengorbanan bukan untuk memperoleh keuntungan
duniawi seperti pujian atau materi berupa harta rampasan perang.
Bilapun ada ada keuntungan duniawi yang mereka peroleh dari pengorbanan
mereka maka itu hanyalah dampak sampingan dari tujuan mereka
sebenarnya. Ketaatan menjadi laku hidup mereka, keberanian menjadi
karakter khas mereka. Akhlaq mulia yang menghiasi pribadi mereka
menjadi kekuatan penting dalam membangun peradaaban Islam. Sedangkan
prinsip dan karakter islami yang mereka genggam menjadi kekuatan utama
dalam rangka mengawal tetap utuhnya peradaban Islam yang senantiasa
menebarkan cahaya dan rahmatnya bagi seluruh alam.
Dengan
senantiasa merenungkan berbagai pengorbanan Rasulullah SAW dan para
sahabat di pentas dakwah selayaknya dapat memicu spirit pengorbanan
para aktivis dakwah di masa kini. Medan juang dakwah saat ini sangat
membutuhkan para aktivis yang tidak hanya sekedar larut dalam
ritual-ritual dakwah yang bersifat seremonial, tapi sanggup memberikan
kontribusi yang nyata dan pengorbanan yang besar bagi agama Allah.
Pengorbanan yang kita kontribusikan bagi dakwah ini idealnya bukan aset
yang berkalitas rendah. Sisa tenaga, sisa belanja, sisa waktu yang
selama ini cenderung menjadi langganan bagi aktivitas dakwah kita harus
di-upgrade lagi hingga menjadi tenaga utama, harta utama, dan waktu
utama bagi dakwah. Dengan segala keutamaan yang kita berikan bagi
dakwah ini maka kejayaan Islam yang menjadi proyek besar dakwah agama
ini akan menemui banyak kemudahan dari Allah SWT. Wallaahu a’lam.
Mujahid itu...
Semangat juang seorang mujahid
Tak kan terpatahkan dengan silau dunia
Karena akhiratlah yang terngiang-ngiang di kepalanya
Mereka mampu menerjang ombak
Menghancurkan karang
Untuk menancapkan kembali bendera islam dipenjuru bumi
Langkahnya bak kilat yang terus melaju tak kenal lelah
Tatapannya pasti namun tetap menyejukkan
Membangkitkan semangat bagi setiap jiwa yang menatapnya
Tekadnya bulat, satu untuk islam
Bibirnya basah akan dzikir pada sang Illahi
Hatinya tak henti mensyukuri nikmat_Nya
Cintanya terbukti dengan penyerahan Jiwa Raganya di jalan ini
Untuk kembali menancapkan syari’at islam di hati setiap insan
Setiap kedipan matanya senantiasa merindukan syahid untuk islamnya
Subhanallah…
Bagaimana dengan dirimu?
Bagaimana dengan niat didadamu?
Masihkan terarah untuk memenangkan islam ini?...wahai saudaraku
Itsnain
Langganan:
Postingan (Atom)