Kalau
tidak percaya, coba muhasabah kembali apa yang kita lakukan dan apa
yang kita rasakan selama ini. Sudah dewasakah kita, Ketika saudara
bersalah bukan mencarikan solusi, malahan turut memperkerut suasana,
kompor sini dan kompor sana. dalam keadaan sadar dia mengumbarkan aib
saudaranya sendiri. seperti orang yang turun konser, menyanyi dengan
gembiranya sedangkan dia tidak tahu bahwa ditegah-tengah
penonton ada yang mati karena sesak dan terinjak-injak oleh
teman-temannya. Maukah kalian memakan bangkai saudara kalian sendiri,
itulah pertanyaan yang harus dijawab oleh kita, yang selalu menceritakan
aib saudara kita sendiri.
Kirain sudah
dewasa, ternyata masih anak-anak. Bagiman tidak, melihat saudaranya
yang bisa dikatakan sudah lama di kampus atau sudah menyelesaikan studi
ikut bergabung kembali untuk meringankan beban dakwah, bukannya senang
dan merangkulnya…. ehhhh malah marah dan kecewa dengan tidak jelasnya
dan dijadikan beban dakwah…. Alasannya…kalian sudah kadar luasalah,
tidak pantas lagi ikut di dakwah inilah, seolah-olah kitalah yang paling
suci dibandingkan mereka. Rasulullah Muhammad SAW saja ketika menolak
dan bermuka masam kepada Kaab Bin Malik yang ingin ikut menyiarkan
islam, ALLAH SWT menegurnya dengan sangat kerasnya, apalagi kita hanya
manusia biasa…
Kirain
saya sudah dewasa, ternyata masih anak-anak. Bagaimana tidak, Ketika
pendapatnya tidak diterima kita kecewa, dan dengan mulut yang
berbusa-busa berusaha mempengaruhi orang lain untuk mendukung
kemauannya. Bukannya mendukung kesepakatan yang sudah ada, malahan
menjatuhkan kembali pendapat itu, seolah-olah
dirikitalah yang paling benar…! Aneh Kuat! Jangan sampai kita seperti
pasukan panah di bukit uhud, yang gara-gara keserakahan sehingga merubah
nasib Rasul dan parasahabat menjadi di ujung tanduk.
Kirain sudah
dewasa, ternyata masih anak-anak. Bagaimana tidak, Ketika amanah
diberikan kepadanya, dia berkoar-koar dengan begitu luarbiasanya. “Saya
akan melasanakan ini dengan sebaik-baiknya, saya akan menjadi garda
terdepan ketika dakwah kita ini mendapat masalah,
saya akan siap mengawalnya” Ternyata itu hanya sandiwara dalam dakwah.
Aneh juga yah, kirain sandiwara itu hanya ada di dunia maya, eh ternyata
dunia dakwah pun ada. Hanya karena dengan godaan harta dan jabatan yang
lebih strategis, rela menyianyiakan amanah yang sudah dipercayakan
kepadanya. Cocoknya jadi artis saja, jangan jadi aktifis dakwah!
Kirain sudah
dewasa, ternyata masih anak-anak. Bagaimana tidak, Murobi yang
pertamakali mengajak dia Mentoring untuk lebih mendekatkan diri kepada
ALLAH SWT, begitu mudah dia lupakan karena punya murobi baru, yang
anehnya lagi, ko bisa ya jengkel sama murobi lamanya, dan tidak jarang
pula menceritakan aib murobinya itu sendiri. Dasar kacang lupa
kulitnya,!! Hmmmm… walapun murobi kita tidak pernah mengharap sesuatu
kepada kita, tapi setidaknya kitalah yang akan selalu mengharumkan
namanya, bukan malah mencaci dan memakinya. Seperti pepatah mengatakan
panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari. Sungguh Aneh Ya Robb…
Kirain sudah
dewasa, ternyata masih anak-anak. Bagaimana tidak, sediki-sediki ingin
pindah Murobi, tidak mau ikut LIQOlah, ingin pindah wajihah lain lah..,
gara-gara tidak srek dengan saudaranya lah, gara-gara kecewa sama ini
sama itu lah, wajihah lain tidak ada masalah seperti disinilah, atau
pemahaman merekalah yang lebih benarlah… seolah-olah kitalah yang paling
pintar dibanding para ulama-ulama besar dunia dan para asabiqunal
awalun kita…
Ikhwatifillah…!!
Terlalu
banyak permasalahn dalam dakwah ini..! kalau kita masih terus besifat
seperti anak-anak, kapan masalah-masalah kita ini akan selesai..?
Memang
masalah itu tidak akan pernah habis datang kepada kita, namun
seharusnya masalah-maslah seperti diatas tidak aka lagi muncul
dipermukaan, masih banyak masalah-masalah lain yang lebih besar yang
harus diperhatikan.!
Tidakkah
kita merasa sedih, dengan kemaksiatan-kemaksiatan disekitar kita.
Seorang muslim dengan tidak ada rasa malu dan tidak merasa bersalah
ketika meninggalkan sholat dan berzinah dimuka umum. Tidakkah kita
merasa sedih begitu banyaknya musibah yang silih berganti, menghantam
negeri ini. Banjir, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, tsunami,
serangan serangga dan masih banyak lagi yang lainnya yang semakin hari
semakin melunturkan dan merusak ekosistem kita...!
Jika hanya permasalahan kecil saja kita tidak mampu mengatasinya, baru kapan permasalahan-permasalahn besar akan kita selesaikan…
Ikhwatifillah..!
HARAPAN ITU MASIH ADA!
ALLAHU AKBARU!
ALLAHU AKBARU!
Saya sangat suka dengan semangat Anda~! (>wO)b
BalasHapus